Friday, August 22, 2008

Lumat

Lumat

Di mana mata air itu?
Kemana hembus pawana itu?
Dimana mata hari pagi untukku?


Kicau burung menghilang seiring mendung yang datang
Tetes gerimis perkuat jerit batinku yang menangis
Guruh dari angkasa datang membelah hatiku yang luka

Matilah sudah tetumbuhan yang baru ditanam
Hanyutlah ia bersama air membanjir
Tak ada tersisa meski sekedar akar-akarnya

Banjir surut bersama anganku yang menyusut
Hujan reda seiring harapku yang tiada
Di bawah mendung di tanah basah aku melangkah
Kugerakkan kaki tanpa ada arahan pasti
Makin kujauh berjalan langit mendung semakin kelam
Gelap dunia kian menjadi hingga gulita mulai menyapa

Tiadalah pernah hari lalu sesuram ini
Tak obor, tak kandil, tak lentera tiada yang menyala
Hilanglah segenap nuansa indah yang kuperlui dan kuingini

Tercampak aku di kehancuran
Kala guruh telah memvelah jiwa menjadi dua
Lalu separuh jiwaku dilumatkan masa

Kuingin berhenti meniti sakit hati
Tapi dorongan hari menghujam diri
Ingin kubalikkan badan ke arah yang berlawanan
Namun masih disitukah adanya kedamayan

Aku ingin berlari
Aku hendak pergi

Hai kedamayan!
Akan hadirkah dikau?
Hai jiwaku yang terbelah,
yang telah hancur setengah!
Akankah dikau kan padu kembali?
Kuatkan diri dan langkah ini,
temui cinta yang kutinggali

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home