Monday, November 3, 2008

Sampai Jumpa, Cahaya

Sampai Jumpa, Cahaya

Cahaya, kali ini sudah saatnya aku katakan padamu bahwa aku memiliki cara yang bijak untuk terus menyirami bunga persahabatan kita yang baru kita tanam sebulan yang lalu. Bunga yang baru mekar, yang baru diisi dengan madu yang manis.

Sudah kudengar darimu bahwa ada yang kurang berkenan dengan kedekatan kita. Mungkin ada di antara sikapku yang tak baik yang dikhawatirkan menular padamu apabila kau terus berdekatan denganku. Apalagi setelah aku tahu bahwa pandangan sebagian orang tentang kondisiku sekarang. Yah, penilayan bahwa aku saat ini dalam keadaan stres. Mungkin mereka khawatir kalau-kalau kau menjadi bergaya seperti orang stress.

Cahaya, aku tak menyalahkan mereka atas larangan itu. Aku sadar sepenuhnya bahwa mereka melontarkan peringatan agar tidak terlalu dekat apabila berteman denganku, itu adalah untuk kebaikanmu. Aku sadar bahwa mereka punya rasa tanggungjawab terhadapmu, Adik Kecil mereka. Sudah sewajarnya mereka, sebagai kakak seniormu menjagamu dari pengaruh negatif yang salah satunya mungkin ditimbulkan olehku.

Cahaya, kutawarkan padamu suatu cara yang menurutku cukup bijaksana. Bagaimana bila kamu tak perlu lagi seseringmungkin bermalam dirumahku. kita bertemu sekedarnya saja. Sekedar sapa, sekedar sentuh, sekedar berjalan bersama, bila kita bertemu di markas besar kita.

Cahaya, aku akan mencoba mencarikan untukmu teman baru yang dapat menggantikan posisiku disisimu. Akan kuusahakan untuk mencarikan teman yang baik; yang tidak sepertiku; aku yang sarat cela dan kelemahan. Semoga dia akan menjadi teman baik batgimu. Teman yang dapat menerima kamu dengan totalitas kepribadianmu. Teman yang dapat dengan bijak menghargai segenap kebaikanmu dan dapat dengan bijak mengingatkan andai ia menemukan kesilapan pada dirimu.

Cahaya, biarlah kuntum-kuntum bunga persahabatan kita dimekarkan dalam sebuah rumah kaca yang bersama kita membuatnya. Biarlah bunga persahabatan itu seumpama tetumbuhan yang ditanam dengan sistem kultur jaringan yang telah kita pelajari dalam Biologi waktu kita masih di sekolah dasar beberapa tahunyang lalu. Setelah menyimpan bunga di rumah kaca itu, kita berpisah arah. Kita berjalan menggapai tujuan kita masing-masing. Apabila kita sudah saling merindukan dan kita sudah tak tahan lagi dengan kerinduan itu, kita akan datang kesana, menjumpai bunga persahabatan kita, bertukar tangis dan tawa, menumpahkan semua rasa, dengan hati yang sarat suka duka, hingga bunga-bunga itu lebih mekar lagi dan kita akan saling menguatkan.

Cahaya, mari kita bersama menyadari bahwa persahabatan tak hanya dapat dilakukan bila kita selalu berdekatan. Jarak yang jauh bukanlah segara bagi hati kita sebagai sahabat. Jarangnya pertemuan bukanlah peretak persahabatan. Kita tak akan saling kehilangan bila pertemuan kita diperjarang.

Cahaya, aku tak ingin kamu tersangkut permasalahan dengan mereka hanya karena seorang Fathie yang baru sebulan ini masuk dalam kehidupanmu. Mereka adalah para seniormu yang tentu akan merasa bertanggungjawab atas keadaanmu di sini. Bukankah kita sebagai anak yang jauh dari orang tua harus lebih pandai menitipkan diri di rantau orang.

Cahaya, sebelum kita berjalan meninggalkan rumah kaca yang telah kita bangun bersama, izinkanlah aku tuk sedikit bercerita tentang awal ketertarikanku untuk menjadi temanmu.

Cahaya, aku sudah mendengar berita tentang rencana kedatanganmu ke kota ini sejak satu setengah bulan sebelum kamu tiba. Aku mendengar berita itu dari kakak lelakimu. Setelah mendengar berita itu aku langsung tertarik untuk mengenalmu. Rupanya perkenan Tuhan datang padaku. aku mendapat kesempatan untuk berkenalan denganmu. Tempat perkenalan kita cukup aneh. Kita berkenalan di depan kamar mandi saat aku hampir menabrak dirimu. Sungguh itu peristiwa yang khas bagi orang tunanetra seperti kita. Ketika aku meminta nomer HP-mu dan kau melafalkannya, ibumu berkata "Ya, siapa tahu nanti bisa jadi teman."

Cahaya, sejak perkenalan itu aku semakin ingin menjadi teman dekatmu. Aku ingin melakukan sesuatu yang berarti bagimu. Kuusahakan untuk melawan kesukaranku untuk mengobrol dengan orang baru. Kulakukan berbagai cara agar aku dapat berkomunikasi denganmu.

Cahaya, padamulanya aku ingin dekat denganmu dan melakukan sesuatu yang berarti bagimu karena aku berhutang budi pada kakak lelakimu yang telah banyak memberi nasihat baik untukku yang tak dapat kuturuti. Namun kini perasaan itu telah berubah. Aku sungguh telah menjadikanmu sebagai sahabat bagi hati dan diriku.

Cahaya, ini hanya cara yang kutawarkan padamu agar kau tidak mendapat masalah dengan mereka dan kitapun tidak akan saling kehilangan.

Cahaya, bila kita saling merindukan, kita dapat membuat janji temu di rumah kaca yang telah kita buat bersama.

Sampai jumpa, Cahaya........

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home