Sunday, April 26, 2009

Sisa Sesal

Sisa Sesal

Berdiam aku dalam sendiri
Merenung, berpikir, mencari-cari
Memadu akal dan imaji
Membayang alam dalam memori
Merangkai kata di pagi hari
Memberi kabar pada binger dan sunyi
Soal hati yang tersakiti
Oleh ulah diri sendiri
Tentang sesal yang kurasai
Kian meninggi tak tersudahi

Diriku umpama medan laga
Tempat berperang nalar dan rasa
Disaksikan rapuhnya iman
Yang makin melepuh dibakar keras pemaksaan

Berpijak kakiku di dua garis lurus berbeda
Berjalan aku menyusuri keduanya
Hingga tiba suatu masa
Garis kanan menikung ke kiri
Garis kiri menikung ke kanan
Bertumpuk di satu titik
Lalu berpisah saling menjauh

Alangkah bimbang rasanya hati
Kemana mesti langkahkan kaki
Garis mana yang kulintasi
Tuk gapai tuju di hidup ini

Dengan memaksa kubuat putusan
Berbelok melangkah ke satu garis
Mengekor pada pengetahuan
Yang harus dan wajib diamalkan
Mengejar imanku yang rapuh
Dan keyakinanku yang lusuh
Mencari tuhan
Tuhan yang bersemayam dalam doktrin pemikiran
Bukan tuhan yang sesungguhnya
Yang ada di alam raya
Yang bersemayam di keyakinan manusia

Meratap aku dalam kesedihan
Tangisi damai yang usai
Sesali indah yang musnah
Rasakan jiwa raga yang melemah
Menguntai kesah dijiwa yang susah

Saat kusadar akan semua
Memaksa diri tiada berarti
Lalu berlarilah aku
Mencari garis yang kutinggali
Di sana berada kupunya cinta
Juga nalar dan keyakinan
Lalu nalar menyambut hadirku
Dan keyakinan tersenyum padaku
Tetapi cinta
Ia hanya berdiri di balik dinding kaca
Lambaikan tangan memanggil-manggil
Lalu pergi dan dating lagi
Berkali-kali ia begitu
Belum dimau aku menyatu
Dengannya
Cinta yang kucita
Yang kudambakan di detik waktu hidupku
Kuinginkan dimimpi dannyataku

Kini yang ada tinggal sisa sesal
Yang kian hari kian menebal
Meretakkan jiwaku yang tinggal separuh
Merapuhkan sendi hidup yang semula teguh

Tidaklah kutahu mesti berbuat apa
Nalar dan rasa tak henti berlaga
Diriku letih menyaksikannya

Bagaimana mesti aku hentikan
Perang yang tak berkesudahan
Yang membawaku ke alam yang suram
Melangkah meniti hidup yang kelam

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home